-->

Rabu, 28 April 2010

Bahtera Nabi Nuh Ditemukan di Turki?




Eccentric Wed, 28 Apr 2010 10:00:00 WIB Hongkong - Sekelompok arkeolog asal China dan Turki mengklaim telah menemukan bahtera (kapal) Nabi Nuh di sebuah gunung di Turki dengan ketinggian 4.000 meter.

Tim ilmuwan yang khusus mengeksplorasi temuan bersejarah dalam kitab suci menemukan contoh kayu yang terpendam dalam struktur Gunung Ararat yang terletak di sebelah timur Turki. Dalam penelitiannya terbukti jika kayu tersebut berumur sekira 4.800 tahun, sama dengan usia bahtera Nabi Nuh.

"Kami tidak menyebutkan hal itu 100 persen bahtera Nuh, tapi kami yakin 99,9 persen jika contoh kayu itu memang berasal dari struktur kapal Nabi Nuh yang karam di gunung ini 4.800 taun lalu," ujar Yeung Wing-cheung, seorang pembuat film dokumenter yang juga anggota dari tim Noah's Ark Ministries International.

Dilansir melalui Straits Times, Selasa (27/4/2010), struktur tersebut memiliki beberapa kompartemen, termasuk sebuah balok kayu yang dipercaya merupakan materi membuat kandang untuk melindungi hewan dari banjir besar di zaman Nabi Nuh.

Menurut Yeung, para arkeolog evangelis itu pun mengaku sedang mencari kemungkinan adanya pemukiman penduduk yang hilang, yang berdiri 3.500 meter di bawahnya.

Pemerintah Turki di Ankara mengaku telah meminta kepada UNESCO untuk mengeluarkan keputusan menjadikan gunung tersebut sebagai cagar budaya yang harus dilindungi, setidaknya sampai para arkeolog melakukan pembuktian dan penggalian lebih dalam.

Dalam sejarah kitab suci, Nabi Nuh diperintahkan oleh Tuhan untuk membuat sebuah bahtera yang dapat melindungi dia dan para pengikutnya dari banjir besar yang akan didatangkan oleh Tuhan, termasuk menyelamatkan setiap dua ekor untuk setiap jenis hewan. Dalam sejarah pula disebutkan, saat banjir telah surut, bahtera Nuh tersebut dikisahkan telah karam di atas sebuah gunung. Banyak orang yang percaya jika Gunung Ararat merupakan lokasi karamnya kapal tersebut.

Sekitar 50 wartawan dari berbagai media nasional se-Jabodetabek yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) tengah merampungkan pembuatan perahu raksasa sebagai perangkat aksi menyambut Hari Buruh Internasional 1 Mei 2010.

"Perahu yang kami beri nama Bahtera Nabi Nuh ini memiliki panjang 13 meter dengan lebar lima meter. Kerangkanya terbuat dari bahan bambu dan dilapisi kertas semen." ujar Perwakilan AJI Jakarta, Hamludin, kepada ANTARA, di Bekasi, Selasa.

Menurutnya, proses pembuatan perahu raksasa yang berlokasi di Sekretariat AJI di Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan, telah memasuki 70 persen tahap penyelesaian. "Tinggal kami beri roda dan tulisan `Lawan Pemberangusan Serikat Pekerja` di bagian kanan kiri perahu," ujarnya.

Dikatakan Hamludin, perahu tersebut merupakan simbol dari kebersamaan jurnalis dalam wadah serikat pekerja untuk melawan pemberangusan terhadap serikat pekerja yang kini mulai marak terjadi di Indonesia.

"Salah satu contohnya, adalah kasus pemecatan terhadap pengurus serikat pekerja media harian Suara Pembaruan karena dinilai meresahkan perusahaan. Selain itu, kejadian serupa juga marak terjadi di sejumlah perusahaan lainnya di Tanah Air," ujarnya.

Rencananya, kata Ludin, perahu tersebut akan diarak oleh puluhan anggota AJI menuju ke Istana Negara dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta, sebagai kado istimewa untuk Presiden SBY.

"Kami ingin Presiden turut memberikan dukungannya terhadap perlawanan ini. Karena, intervensi perusahaan terhadap serikat pekerja sangat merugikan kaum buruh," ujar Jurnalis dari media Tempo tersebut.

Terkait isu yang akan diperjuangkan dalam kegiatan tersebut, kata dia, meliputi upah layak buruh termasuk pekerja media, dan penghapusan pemberangusan serikat buruh di masing-masing perusahaan. "Sebab, menurut kita jurnalis sama seperti buruh lainnya," ujarnya.

Anggota AJI, kata dia, akan bergabung dengan massa aliansi buruh lainnya di Bundaran HI mulai pukul 09:00 WIB dan dilanjutkan dengan aksi longmarch menuju Istana Presiden. "Meski tanggal 1 Mei nanti jatuh pada hari libur, kita akan sampaikan aspirasi ini secara langsung lewat media massa," katanya.

Sumber: Okezone
Baca Lagi Boss - Bahtera Nabi Nuh Ditemukan di Turki?

COWBOYS IN PARADISE bali

Foto    

Sutradara: "Cowboys" Bali Tak Malu Difilmkan
Bukan hal mudah bagi sutradara film pendek Cowboys in Paradise, Amit Virmani, untuk menghasilkan sebuah film pendek dokumenter yang belakangan menghebohkan Bali. Butuh tiga tahun Virmani melakukan riset di Bali hingga akhirnya ia bisa menyebut, "Mudah bekerja sama dengan 'cowboys'."
"Tentu saja ada hari-hari tanpa satupun wawancara dengan 'cowboys', tapi ini adalah bagian dari proses tersebut, khususnya sejak saya memutuskan untuk meneliti subyek di Bali," kata Virmani dikutip dari twitchfilm.net, Rabu (28/4/2010).
Virmani menerangkan, secara bertahap, dari 2007 hingga 2009, ia menggodok film tersebut. Selama itu, ia merekam wawancara dan mengerjakan struktur cerita. Kalau sedang mengalami kebuntuan dalam bekerja, ia, "Keluar dan bersenang-senang," katanya lagi.
Namun, begitu menemukan para "cowboy" di Bali untuk filmnya, pria keturunan India itu mulai mewawancara mereka. "Bekerja sama dengan 'cowboys' anehnya mudah. Mereka tidak punya masalah untuk berbagi cerita-cerita mereka dengan saya. Ini tentu kembali ke apa yang membuat mereka juga sangat menarik," terangnya.
Lanjut Virmani, alur cerita Cowboys in Paradise yang menarik telah membuat  para "cowboy" blak-blakan dan mau difilmkan. "Mereka tak memiliki alasan untuk malu dan mereka mengetahuinya. Mereka bangga akan apa yang mereka 'taklukkan'. Justru ada yang sangat menginginkannya (untuk diwawancara)," ceritanya lagi.
Namun, menurut Virmani, lain halnya para perempuan pemburu "cowboys". Lelaki yang kini bermukim di Singapura tersebut mengaku sedikit kesulitan mencari mereka. "Untuk perempuan-perempuan Eropa, mereka lebih terbuka untuk membahas tentang seks daripada rekan-rekan mereka dari Amerika Utara. Tentu saja, ini menjadi pengalaman saya," ujarnya

Baca Lagi Boss - COWBOYS IN PARADISE bali

silakan masukan koment kamu