Sutradara: "Cowboys" Bali Tak Malu Difilmkan
Bukan hal mudah bagi sutradara film pendek Cowboys in Paradise, Amit Virmani, untuk menghasilkan sebuah film pendek dokumenter yang belakangan menghebohkan Bali. Butuh tiga tahun Virmani melakukan riset di Bali hingga akhirnya ia bisa menyebut, "Mudah bekerja sama dengan 'cowboys'.""Tentu saja ada hari-hari tanpa satupun wawancara dengan 'cowboys', tapi ini adalah bagian dari proses tersebut, khususnya sejak saya memutuskan untuk meneliti subyek di Bali," kata Virmani dikutip dari twitchfilm.net, Rabu (28/4/2010).
Virmani menerangkan, secara bertahap, dari 2007 hingga 2009, ia menggodok film tersebut. Selama itu, ia merekam wawancara dan mengerjakan struktur cerita. Kalau sedang mengalami kebuntuan dalam bekerja, ia, "Keluar dan bersenang-senang," katanya lagi.
Namun, begitu menemukan para "cowboy" di Bali untuk filmnya, pria keturunan India itu mulai mewawancara mereka. "Bekerja sama dengan 'cowboys' anehnya mudah. Mereka tidak punya masalah untuk berbagi cerita-cerita mereka dengan saya. Ini tentu kembali ke apa yang membuat mereka juga sangat menarik," terangnya.
Lanjut Virmani, alur cerita Cowboys in Paradise yang menarik telah membuat para "cowboy" blak-blakan dan mau difilmkan. "Mereka tak memiliki alasan untuk malu dan mereka mengetahuinya. Mereka bangga akan apa yang mereka 'taklukkan'. Justru ada yang sangat menginginkannya (untuk diwawancara)," ceritanya lagi.
Namun, menurut Virmani, lain halnya para perempuan pemburu "cowboys". Lelaki yang kini bermukim di Singapura tersebut mengaku sedikit kesulitan mencari mereka. "Untuk perempuan-perempuan Eropa, mereka lebih terbuka untuk membahas tentang seks daripada rekan-rekan mereka dari Amerika Utara. Tentu saja, ini menjadi pengalaman saya," ujarnya


0 komentar:
Posting Komentar